Setiap saya berangkat ke Kantor, saya melewati 2 (dua) orang
psikotik gelandangan (orang sakit jiwa), di tepi jalan jarak tempat keduanya
saling berdekatan, yang satu pria yang satu wanita. Suatu hari hari saya
melihat yang wanita sedang menikmati makanan entah ia dapat dari siapa, lain
waktu saya melihat yang pria sedang mengais-ngais mencari makanan sisa di
tempat penampungan sampah. Jarang diantara mereka berdua yang kelihatan sakit
seperti yang biasa terjadi pada orang normal yang kadang-kadang flu,masuk angin
dsb. Demikian mereka hidup tanpa bantuan keluarga atau sanak saodara atau
fasilitas dari pemerintah, tampaknya hidup mereka hanya mengikuti intuisi dasar
saja sekedar mengikuti rasa ingin makan, minum, buang air besar dan kecil, lainnya
tidak mereka perhatikanseperti: pakaian, kebersihan,kerapihan rambut.Tampilan
mereka dekil rambut kusut pakaian compang camping. Merekatampaknya hidup dalam
dunianya sendiri autism dan isolasi sosial, nyaris jarang berkomunikasi dengan
manusia lain karena tak ada orang yang mau memperdulikannya, mungkin namanya
sendiri juga tidak tahu, lupa karena tak pernah ada yang menanyakan. Akal dan
pikirannya terganggu maka orang menyebutnya sebagai, “ orang gila “. Sampai
tadi pagi mereka masih hidup, ini berarti makanan sebagai sumber energy masih
mereka dapatkan, mereka tidak jatuh sakit dan tak menimpa pada mereka
kecelakaan fisik, subhanalloh.
Dalam keterbatasan demikian tetaplah Alloh masih memberikan
rezeki pada mereka , jadi terbukti tidak seratus persen bahwa manusia diberi
rezeki karena kecerdasannya. Manusia yang hidup baik ia dalam keadaan sehat jiwa maupun sakit ia tetaplah
diberikan rezeki, berupa makanan, kesehatan fisik, kesempatan istirahat
seadanya walaupun hanya di emper toko, dan mungkin juga diberi rezeki semacam
rasa kenyamanan diri sesuai keadaannya, karena pakarpun tak dapat memastikan
apakah orang dalam kondisi autisme (berada dalam dunianya sendiri) mereka
bahagia atau malah sebaliknya, kecuali mereka yang depresi umumnya merakan
tidak bahagia.
Banyak orang yang secara fisik dan mental sehat, namun
mereka dalam keadaan resah (galau), takut dan sangat takut kalau ia tak bisa
makan hari ini, resah ketika melihat tempat berasnya kosong, menangisi anak-anaknya
ketika mereka sedang tidur nyenyak karena takut akan masa depannya, malah ada
yang tak berani berkeluarga karena takut tidak bisa menafkahi keluarganya
kelak. Sebagian lagi mungkin orang berputus asa karena usahanya sering gagal,
sementara kebutuhannya seolah didepan mata, kecewa karena suaminya tidak
membawakan apa yang ia inginkan, pahal ia masih banyak memilki yang lain hanya
karena ia tak mau berpikir untuk sengaja menghitungnya atau menyadari
keberadaannya.Manusia pada umumnya menyadari apa yang dinginkan saja yang sudah
ada tidak dinginkan lagi seakan basi dan bosan. Maka sedikitlah manusia yang
bersyukur, malah diantara yang kecewa ada yang memaki Tuhan tidak adil, padahal
Alloh pastilah maha adil.
“JANGAN BERPUTUS ASA SODARAKU, BERSYUKURLAH
JIKA TIDAK GILA, INSYALLOH BANYAK KEMUNGKINAN YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK KEBAHAGIAAN ANDA"
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah
Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan
bumi?” (QS. Fathir: 3)
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
memberikan rezki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak
berkuasa (sedikit juapun).” (QS. An Nahl: 73)
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa
rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang
ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah
itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathir: 2).
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit
untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka
hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya
seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR.
Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari).
“Allah Ta’ala berfirman padaku, ‘Berinfaklah kamu, niscaya
Aku akan berinfak (memberikan ganti) kepadamu.’ Dan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Pemberian Allah selalu cukup, dan tidak pernah
berkurang walaupun mengalir siang dan malam. Adakah terpikir olehmu, sudah
berapa banyakkah yang diberikan Allah sejak terciptanya langit dan bumi?
Sesungguhnya apa yang ada di Tangan Allah, tidak pernah berkurang karenanya.”
(HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim no. 993)
“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa
yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan)
hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
“Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi
rezki kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha
Perkasa.” (QS. Asy Syura: 19)
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan
anak- anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. Katakanlah:
“Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan
menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya). Akan tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak
kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan
yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman
sentosa di tempat-tempat yang Tinggi (dalam syurga).” (QS. Saba’: 35-37)
Moga bermanfaat. Tulisan ini semoga jadi obat bagi yang
sedang kecewa…